Tantangan terbesar yang dihadapi puskesmas di Indonesia saat ini dapat dilihat dari beberapa aspek berikut:

1.     Kurangnya Tenaga Kesehatan:

Indonesia memiliki rasio dokter per 1.000 penduduk yang sangat rendah, yaitu sekitar 0,4, yang jauh di bawah standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang merekomendasikan minimal 1 dokter per 1.000 penduduk. Kurangnya tenaga kesehatan ini menyebabkan aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan menjadi terbatas, terutama di daerah pedesaan.

2.     Distribusi Tenaga Kesehatan yang Tidak Merata:

Banyak tenaga kesehatan yang lebih memilih untuk bekerja di wilayah perkotaan daripada daerah pedesaan. Hal ini menyebabkan distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata, sehingga pelayanan kesehatan di daerah pedesaan menjadi kurang optimal.

3.     Pendanaan yang Tidak Mumpuni:

Fasilitas kesehatan di wilayah pedesaan sering kali tidak mendapatkan pendanaan yang cukup. Hal ini menyebabkan layanan kesehatan yang diberikan pun terbatas, terutama dalam masa pandemi ketika kebutuhan terhadap layanan kesehatan meningkat.

4.     Aksesibilitas dan Keterbatasan Infrastruktur:

Keterbatasan infrastruktur dan minimnya fasilitas medis di daerah pedesaan membuat aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan menjadi sulit. Pasien sering kali harus melewati medan yang sulit untuk mencari perawatan yang dibutuhkan.

5.     Ketergantungan Pembiayaan Pemerintah:

Ketergantungan pembiayaan pembangunan institusi kesehatan kepada pemerintah masih tinggi. Hal ini dapat membuat pelayanan kesehatan menjadi tidak stabil dan tidak efektif jika tidak ada dukungan yang cukup dari pemerintah.

6.     Kurangnya Dukungan Teknologi:

   Penggunaan teknologi informasi dalam layanan kesehatan masih terbatas. Hal ini dapat meminimalisir dampak negatif dengan penerapan teknologi ERP (Enterprise Resource Planning) untuk digitalisasi rekam medis dan meningkatkan efisiensi pelayanan.

Dengan demikian, tantangan terbesar yang dihadapi puskesmas di Indonesia saat ini meliputi kurangnya tenaga kesehatan, distribusi yang tidak merata, pendanaan yang tidak mumpuni, aksesibilitas yang terbatas, ketergantungan pembiayaan pemerintah, dan kurangnya dukungan teknologi.